Berita Sikka
Anak Muda di Sikka Ini Ubah Ubi Talas jadi Produk Bernilai Tinggi, Viral dengan Brand 'Roset Rohe'
Perjalanan Heliana dalam berwirausaha tidak instan. Awal tahun 2023, saat masih bekerja di sebuah restoran di Desa Waiara
Nama Roset Rohe (R2) dipilih sebagai identitas, diambil dari istilah lokal: Roset (ubi talas) dan Rohe (nama kampung asal yang juga dikenal sebagai penghasil talas).
Awalnya, produk home industry ini dipasarkan secara terbatas kepada teman, keluarga, dan orang-orang terdekat sebagai uji coba. Peminat pun mulai bermunculan. Pemasaran perdananya di wilayah yang lebih luas dilakukan melalui kegiatan Expo pangan lokal mahasiswa KKN di Desa Umauta, Kecamatan Bola.
Menjawab Tantangan dan Peluang Pasar
Dalam proses produksi, Heliana awalnya menggunakan bahan baku dari kebun orang tuanya. Namun, tingginya permintaan pasar mengharuskannya membeli ubi talas dari para petani di Kampung Rohe.
Keputusan ini disambut baik oleh masyarakat setempat karena turut membantu perekonomian warga.
Awalnya menggunakan bumbu instan, Heliana kemudian berinovasi dengan membuat bumbu hand made setelah mendapat masukan dari konsumen yang menginginkan pilihan lebih sehat, ketimbang bumbu toko yang tinggi MSG (Monosodium Glutamat).
Respon konsumen sangat positif, dengan varian nano-nano (campuran bawang putih, daun jeruk, gula, garam, dan cabai) menjadi yang paling digemari karena sensasi pedasnya. Varian original dan manis pandan/karamel pandan juga menjadi favorit.
Heliana juga terus memperbaiki proses produksi dan pemasaran. Meskipun masih menggunakan alat-alat manual seperti pemotong ubi, ia telah mengubah kemasan plastiknya menjadi lebih menarik, lengkap dengan label brand R2.
Dalam sebulan, ia mampu berproduksi empat kali, menghasilkan omzet sekitar Rp 1 juta (mengingat ia juga menjual produk lain selain keripik), dengan keuntungan bersih sekitar Rp 250 ribu dari modal bahan baku Rp 100-150 ribu.
Dukungan Akademisi dan Pesan untuk Kaum Muda
Inisiatif Heliana mendapat apresiasi dari akademisi. Mario Malado, S.P., MP., seorang Dosen program studi Agroteknologi Universitas Nusa Nipa dan pelanggan setia R2, menilai bisnis ini sebagai bagian dari pemanfaatan pangan lokal. "Kita memiliki banyak sumber daya pangan lokal namun kadang belum tersentuh. Dengan adanya keripik Roset Rohe ini, pangan lokal dari Kampung Rohe secara langsung dimanfaatkan dengan baik, dan bisa dikonsumsi untuk pasar nasional," ujarnya.
Keripik Roset Rohe tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 60 gr hingga 1 kg, disesuaikan dengan permintaan konsumen.
Kepada kaum muda, terutama yang bergelar S1, Heliana menitipkan pesan : "Jangan terjebak dengan gelar sampai takut dan gengsi melakukan sesuatu yang bukan level kita.
Sebenarnya, sekolah itu adalah mengubah mindset untuk berpikir melihat peluang yang ada di depan mata. Jangan pernah takut untuk mencoba karena memang mencoba belum tentu berhasil, tetapi kalau tidak mencoba pasti sudah gagal" tutupnya.
Kisah Aurelia Heliana dan Keripik Roset Rohe adalah inspirasi yang membuktikan bahwa semangat, keberanian, dan kemampuan melihat peluang di tengah keterbatasan dapat mengubah ubi talas biasa menjadi sumber penghasilan yang memberdayakan diri dan masyarakat.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
| Kisah Sukses Magdalena, Pengusaha Pangkas Rambut Binaan CU Bahtera Sejahtera Maumere |
|
|---|
| Kisah Yohanes Siwe Mantan Kadis Sosial Ngada, Usai Pensiun Jualan Nasi Campur |
|
|---|
| Kisah Maria Nengsiana Aktifkan Blokir Peserta JKN, Daftar JKN untuk Anak |
|
|---|
| Dari Pecahan Kaca Jadi Berkah: Kisah M. Chodri, Warga Jombang yang Ekspor Produk ke 10 Negara |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/flores/foto/bank/originals/Aurelia-Heliana-Roset-Rohe.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.