Banjir Bandang di Mauponggo

BMKG Ungkap Penyebab Hujan Deras saat Musim Kemarau di NTT

Hujan deras terjadi di sejumlah daerah di NTT. BMKG menyebutkan hal itu dipengaruhi oleh adanya gelombang atmosfer Equatorial Rossby.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / DOK
BANJIR BANDANG - Kondisi pasca banjir melanda Desa Sawu, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo.Hujan deras terjadi di sejumlah daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT). BMKG menyebutkan hal itu dipengaruhi oleh adanya gelombang atmosfer Equatorial Rossby yang sedang melintas di wilayah NTT. 

Sebelumnya, banjir bandang menerjang Desa Sawu, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, NTT, pada Senin 8 September 2025 sekitar pukul 19:00 Wita. Kejadian ini menyebabkan tiga orang meninggal dunia dan enam orang masih dalam pencarian.

Korban yang meninggal teridentifikasi RSB, MF bersama bayinya yang tinggal dalam satu rumah. Sementara, korban yang belum ditemukan, antara lain MTBJ (29), A (Balita), AABJ (13), EC bersama bayinya.

Musibah ini meninggalkan duka yang mendalam bagi warga setempat. Mereka berusaha mencari jejak korban yang belum ditemukan dengan menyusuri bantaran sungai hingga di muara pantai Enah Gerah, Mauponggo, namun hingga pukul 17:30 Wita belum berhasil ditemukan.

Urbanus Lako (71) yang saat ini turut menjadi korban banjir  bandang menceritakan, pada Senin, (08/09/2025) sekitar pukul, 19:00 Wita, Ia terdengar dentuman besar disertai getaran yang hebat. 

Saat itu, Ia melihat warga sudah mulai berhamburan keluar dari rumah dengan sambil mendengar teriakan anak -anak muda yang saat itu sedang duduk di sekitar jembatan.

Saat Ia bersama Istri mendengar bunyi langsung lari mengamankan diri ditempat lebih tinggi.

“Setengah tujuh malam kami dengan bunyi gemuruh yang hebat itu, ada yang sedang duduk di dekat jembatan teriak lari, lalu kami lari ke sebelah sana, kami terpencar lari ke kampung atas, kabel listrik juga sudah mulai putus, saat itu dalam kondisi hujan,” terang, Urbanus, saat memberikan kronologi kejadian.

Saat kejadian itu, warga pontang-panting dalam kondisi gelap gulita. Ditengah  hujan mereka mendengar dentuman hebat dan gemuruh.

“Saat itu untung  baik listrik sudah padam, kami tanpa pikir panjang lari menyelamatkan diri ke kampung sebelah,” terang Urbanus.

Akibat kejadian ini, Ia bersama istri hingga kini masih mengalami shok berat. Beberapa barang elektronik dan barang lain dibiarkan terendam banjir.

“Setelah kejadian itu, kami tidak Balik rumah kami sangat panik, tinggal sementara di kampung atas, baru hari ini kami kembali ke rumah,” ungkap Urbanus.

Tidak hanya rumah yang menjadi korban banjir bandang, berapa tanaman berharga lain juga seperti puluhan pohon  Cengkeh, Pala, dan beberapa ekor babi disapu bersih banjir.

“ Tanaman hancur semua, ada pala 30 pohon, cengkeh, kelapa dan babi beranak dua ekor,”  tambah Urbanus.

Sementara berdasarkan pantauan TRIBUNFLORES.COM, di lapangan, hingga kini belum nampak penanganan darurat dari baik dari pemerintah Kabupaten maupun tim gabungan dari BPBD dan TIM SAR.

Adapun terkait empat orang warga yang hilang, belum ada penanganan signifikan dari pihak terkait untuk mendeteksi keberadaan korban.

Hingga saat ini, korban yang mengungsi sedang ditampung di rumah keluarga masing-masing yang berada di sekitar lokasi kejadian.(Cha).

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved