Berita NTT

Suster Laurentia Minta Satgas TPPO di NTT Jangan Panas Tahi Ayam

Penangkapan ataupun penahanan terhadap sejumlah orang yang diduga sebagai calon pekerja migran Indonesia (PMI) tanpa dokumen lengkap.

Editor: Gordy Donovan
POS-KUPANG.COM
DOA BERSAMA- Suster Laurentia dari JPIC saat memimpin doa bersama relawan terhadap jenazah PMI asal Kabupaten Malaka, NTT saat tiba di kargo Bandara El Tari Kupang, Kamis 22 Juni 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

TRIBUNFLORES.COM, KUPANG - Keberadaan Satuan Tugas (satgas) Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) diminta untuk tidak panas tahi ayam.

Hal ini dikatakan Suster Laurentia dari JPIC.

Kata dia, akhir-akhir ini, Satgas TPPO cukup baik. Penangkapan ataupun penahanan terhadap sejumlah orang yang diduga sebagai calon pekerja migran Indonesia (PMI) tanpa dokumen lengkap.

Satgas yang dibentuk pemerintah dengan benteng utama aparat kepolisian itu melakukan penangkapan dimana-mana, termaksuk di NTT, sebagai salah satu wilayah yang disebut darurat PMI non prosedural.

Baca juga: Kasus Rabies di Timor Tengah Selatan Kembali Makan Korban, Bocah 8 Tahun Meninggal Dunia

 

"Sejauh mana, kita kan harus kawal, jangan hanya gertak-gertak begitu saja, hangat-hangat tai ayam lah, tapi konsisten," kata Suster Laurentia Kamis 22 Juni 2023 saat menjemput jenazah PMI asal Kabupaten Malaka di kargo Bandara El Tari Kupang.

Suster Laurentia bersama sejumlah relawan maupun petugas BP2MI Kupang, sejak lima tahun belakangan konsisten melakukan pengurusan untuk memulangkan PMI asal NTT dari luar maupun dalam negeri.

Menurut dia, Satgas TPPO sebetulnya sudah terbentuk sejak beberapa tahun lalu namun aktivitasnya ia sendiri juga tidak mengetahui. Suster Laurentia mengatakan, belakangan Satgas TPPO mulai aktif kembali pasca kasus Romo Paskal di Batam mencuat ke publik.

Sisi lain, masyarakat juga harus ikut berkontribusi dalam hal ini sejalan dengan instruksi Presiden Joko Widodo untuk memberantas TPPO hingga ke akarnya. Dia sendiri mengapresiasi pergerakan dari Satgas TPPO yang mulai masif ini.

"Kalau saya sih, seandainya kerja sama dilaksanakan (dengan relawan) monggo, silahkan gitu ya," sebut dia.

Namun, kata dia, proses kerja sama itu harus didasarkan pada aspek keterbukaan tanpa ada target lain yang di ingin dicapai. Apalagi hanya mau mengejar prestasi.

Suster Laurentia berkisah kadangkala ia hanya sendirian melakukan penjemputan jenazah atau PMI NTT yang pulang. Padahal awal Satgas TPPO terbentuk keramaian itu nampak hampir tiap kali jenazah PMI tiba.

Baca juga: Murid SD Digigit Anjing Bulan Februari 2023, Korban Meninggal Keempat Virus Rabies di TTS

Keadaan berbeda ketika jenazah yang datang disebut 'biasa-biasa' saja. Relawan, sebut dia, beberapa kali hanya melaksanakan penjemputan hanya dengan petugas dari BP2MI Kupang.

"Tapi kalau jenazah itu viral, misalnya kasus terus di viralkan itu banyak sekali yang datang, kadang-kadang juga, suka dukanya mengurus seperti itu," tambah Suster Laurentia.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved