Berita NTT
Pengusaha dan Pemerintah Bahas Pembangunan Peternakan Babi di NTT, Singgung ASF
Peternak hingga pemerintah maupun pemangku kepentingan di sektor peternakan babi bertemu di Kupang, untuk membahas pembangunan peternakan babi di NTT.
Karena itu peternakan babi di NTT memiliki peran strategis dalam mendukung ketahanan pangan dan perekonomian masyarakat kecil daerah ini.
Ternak babi, kata dia, juga mempunyai fungsi yang sangat penting dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat NTT. Hal ini dikarenakan jenis ternak itu menjadi unsur penting dalam berbagai kegiatan ekonomi, keagamaan, adat budaya, maupun untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.
Namun demikian, pembangunan sektor peternakan di Provinsi NTT dalam tiga tahun terkahir telah terpukul oleh beberapa kejadian bencana, termasuk wabah African Swine Fever (ASF) yang menyerang ternak babi.
Menurut dia, merebaknya wabah ASF pada awal 2020 ini dengan cepat menyebar ke hampir semua kabupaten/kota. Sejak tahun 2020 hingga saat ini, total ternak babi yang mati mencapai ratusan ribu ekor.
Selain itu adanya ancaman penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang jenis ternak tertentu termasuk sapi dan babi, semakin mempersulit situasi.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi NTT dalam mengatasi ancaman ini, dengan menggandeng berbagai pemangku kepentingan.
Baca juga: Oknum Guru Pelaku Pelecehan 3 Siswa SD di Amarasi Belum Diperiksa, Polisi: Kami Masih Lidik
"Dimulai dari tindakan pencegahan melalui pengetatan lalu lintas ternak antar daerah, maupun kampanye kesadaran ASF yang menyasar berbagai kalangan di seluruh kabupaten/kota," tambahnya.
Pemerintah Provinsi NTT akan terus mendukung upaya pemulihan sektor babi di NTT. Langkah-langkah konkret akan diambil untuk memastikan bahwa peternak dan pelaku usaha di sektor ini mendapatkan dukungan maksimal dalam mengatasi dampak dari wabah ASF dan membangun kembali keberlanjutan sektor ini.
Adapun Kementerian PPN/Bappenas berharap agar forum ini dapat menjadi ajang kolaboratif dalam merancang langkah konkret terkait pengembangan sektor peternakan babi di NTT secara berkelanjutan.
Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian PPN/Bappenas, Jarot Indarto menegaskan, salah satu prioritas dalam transformasi sistem pangan di Indonesia adalah mendorong kemitraan bisnis inklusif melalui skema public-private partnership.
Dengan demikian, kata dia, kehadiran berbagai pemangku kepentingan hari ini sangat berarti untuk menciptakan sinergi yang diperlukan guna mendukung upaya pemulihan sektor peternakan babi.
Hingga kini Pemerintah Provinsi NTT dan PRISMA telah bekerja sama selama 10 tahun terakhir untuk mengembangkan pasar babi di provinsi ini.
Mitra PRISMA yang merupakan perusahaan penyedia pakan ternak serta industri peternakan babi telah memberikan manfaat kepada lebih dari 120.000 rumah tangga peternak babi yang mengalami peningkatan pendapatan lebih dari tiga kali lipat.
“Kita dapat dengan percaya diri mengatakan bahwa ketika peternak menggunakan pakan konsentrat, meskipun membutuhkan biaya awal atau modal yang lebih tinggi, namun dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar karena ternak tumbuh lebih cepat sehingga dapat dijual lebih cepat,” kata CEO PRISMA, Mohasin Kabir.
Mengingat program PRISMA akan berakhir pada 2024, kerja sama antara Pemprov NTT dan PRISMA dalam satu mendatang akan difokuskan untuk menghimpun pengetahuan yang bersumber dari temuan-temuan dengan pemangku kepentingan di sektor peternakan babi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.