Unika Santu Paulus Ruteng

Katekese Inovatif untuk Liturgi Lebih Aktif dan Partisipatif

Tahun Ekaristi 2025 merupakan momen istimewa bagi Keuskupan Ruteng untuk memperdalam pemahaman dan partisipasi umat dalam misteri Ekaristi.

Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM
SIDANG PASTORAL- Romo Dr. Agustinus Manfred Habur, Rektor Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng saat menjadi pemateri dalam sidang Tahun Pastoral Ekaristi Transformatif 2025 bertajuk “Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja” Tahun ke-10 implementasi Sinode III Keuskupan Ruteng. 

Kaitkan pengalaman tersebut dengan simbol-simbol liturgis, seperti roti dan anggur dalam Ekaristi, sebagai tanda kasih Allah.

Contoh:
Menggunakan narasi tentang Perjamuan Terakhir untuk menjelaskan makna mendalam dari Ekaristi. Dalam Perjamuan Terkahir Yesus menetapkan Ekaristi sebagai tanda tetap kehadiran pengorbanannya di atas Salib. Melalui Ekaristi Ia memberikan seluruh diri-Nya sebagai wujud cinta kasih-Nya untuk menebus dosa kita. Katekis dapat mengajak umat untuk merefleksikan bagaimana kasih Allah senantiasa hadir dalam hidup mereka sehari-hari.

Sesi reflektif menggunakan pertanyaan seperti: "Apa arti Ekaristi bagi hidup Anda?". Mereka kemudian diberi ruang untuk mensyeringkan hasil refleksi mereka guna saling mendorong partisipasi aktif mereka dalam perayaan ekaristi.​

Metode Naratif

Dalam Kitab Suci, Yesus seringkali menggunakan metode naratif dalam mendidik iman para pengikut-Nya. Cerita-cerita yang disampaikan-Nya menyetuh dan mengubah hidup para pendengar-Nya. Metode bercerita tetap baik dan aktual sebagai inovasi berkatekese masa kini. Cerita adalah  menuturkan sebuah kisah tentang terjadinya suatu hal/peristiwa/kejadian/pengalaman/, baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun hanya rekaan belaka, dalam rangka menggugah sekaligus mengevaluasi pengalaman peserta katekese (Komkat KWI 2020).

Metode naratif dalam katekese menggunakan kisah atau cerita sebagai sarana pengajaran iman. Narasi memiliki kekuatan untuk menjembatani ajaran teologis dengan pengalaman hidup umat. Tahapan dalam katekese naratif adalah sebagai berikut:

  • Menampilkan cerita penglaman/cerita kehidupan/cerita rakyat
  • Mendalami cerita pengalaman/cerita kehidupan/cerita rakyat
  • Membaca Kitab Suci/Tradisi
  • Menggali dan merefleksikan pesan Kitab Suci/Tradisi
  • Menghubungkan cerita pengalaman/cerita kehiudpan/cerita rakyat dengan cerita Kitab Suci/Tradisi sehingga dapat menemukan kehendak Allah yang perlu diwujudkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bercerita: 

Pelajari/mengertilah dengan baik kisah/kejadian itu (Bila itu berupa cerita dari sebuah buku, baca berulang-ulang cerita itu dan mencoba untuk mengerti jalan ceritanya.)

Mengupayakan penggunaan alat bantu ilustratif (bisa berbentuk: alat peraga –makhluk hidup, alam, gambar, boneka, wayang dll – yang merangsang antusiasme peserta).

Metode Visual dan Simbolis

Metode visual dan simbolis dalam katekese berupaya menggunakan sarana visual seperti foto, gambar, film, video, alat peraga sebagai sarana untuk memperdalam iman. Sarana-sarana ini memiliki kekuatan besar untuk membentuk pikiran, hati, dan sikap umat (Cionchi 1999; Alberich, 2002). 

Seringkali simbol-simbol visual membantu umat memahami realitas spiritual yang sering kali sulit dipahami hanya melalui kata-kata. 

Penerapan metode visual dan simbolis dalam katekese dapat dijalankan dengan menggunakan media seperti gambar, video, atau alat peraga untuk menjelaskan simbol liturgis. Dapat juga dengan cara mengajak umat untuk membuat karya seni sederhana, seperti menggambar simbol roti dan anggur sebagai refleksi makna Ekaristi.

Contoh Praktis:

Dalam pelajaran tentang Ekaristi, gunakan gambar Perjamuan Terakhir karya Leonardo da Vinci untuk menjelaskan pentingnya komunitas dalam perayaan liturgi.

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved