Unika Santu Paulus Ruteng

Katekese Inovatif untuk Liturgi Lebih Aktif dan Partisipatif

Tahun Ekaristi 2025 merupakan momen istimewa bagi Keuskupan Ruteng untuk memperdalam pemahaman dan partisipasi umat dalam misteri Ekaristi.

Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM
SIDANG PASTORAL- Romo Dr. Agustinus Manfred Habur, Rektor Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng saat menjadi pemateri dalam sidang Tahun Pastoral Ekaristi Transformatif 2025 bertajuk “Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja” Tahun ke-10 implementasi Sinode III Keuskupan Ruteng. 

Menggunakan tayangan video pendek yang menunjukkan proses konsekrasi dalam misa dan menjelaskan makna tindakan imam dalam konsekrasi tersebut. ​

Metode Interaktif dan Partisipatif

Metode interaktif dan partisipatif dalam katekese liturgi adalah pendekatan yang melibatkan dialog dua arah dan keterlibatan aktif umat dalam proses berkatekese. Tujuannya adalah mengembangkan pemahaman, pengalaman, dan komitmen liturgis umat melalui interaksi langsung, baik dengan katekis maupun dengan sesama peserta katekesem (Cionchi, 1999). 

Bentuk-bentuk metode interkatif dan partisipatif antara lain:

Diskusi Kelompok: Peserta dibagi menjadi kelompok kecil untuk mendiskusikan tema tertentu, seperti bagian liturgi yang sulit dipahami.

Simulasi: Peserta diajak mensimulasikan tata cara liturgis tertentu, seperti tata cara ritus pembaptisan, tata cara pengakuan dosa, tata cara bagian-bagian tertentu dalam liturgi ekaristi, dll.

Role Play: Peserta mempraktikkan bagian-bagian liturgi seperti menjadi lektor, dirigen, atau pemandu doa.

4. Integrasi Teknologi Digital dalam Katekese Liturgi

Di era digital sekarang ini, teknologi digital dapat menjadi alat yang efektif dalam katekese termasuk katekese liturgi (Silva, 2019). Gereja memiliki dua cara pandang terhadap teknologi digital ini. Pertama, perspektif instrumentalisasi. Dalam cara pandang ini, teknologi digital terutama internet dilihat sebagai instrumen yang andal untuk pewartaan Sabda Allah demi pendidikan iman. 

Tanpa mengbaikan aspek negatifnya (a.l dark web, fake news, cyber bully, dll), Gereja didorong untuk menggunakan gelanggang internet sebagai ruang pewartaan iman (PK 360). Kedua, perspektif perjumpaan. Dalam perspektif ini, dunia digital dipandang sebagai tempat berlangsungnya perjumpaan baru antara manusia dan kebudayaan. Karena itu Injil harus hadir dalam jagad digital dan menawarkan di dalamnya atmosfer perjumpaan iman yang menghidupkan (Bdk. PK 371). 

Dengan demikian, maka media digital, terutama jaringan internet, tidak sekedar menjadi sarana pewartaan dan katekese akan tetapi juga menjadi gelanggang baru inkulturasi injil dengan budaya baru yang tercipta dari kemajuan teknologi digital.

Teknologi digital, dengan berbagai kecanggihannya dapat dimanfaatkan dalam karya katekese, termasuk katekese liturgi (Komkat KWI 2014; Duka, 2017; Mite, 2019). Dalam konteks katekese liturgi, teknologi digital berperan antara lain:

  1. Meningkatkan Pemahaman Umat: Teknologi membantu menjelaskan simbol dan ritus liturgis yang sering kali sulit dipahami umat dengan cara yang menarik dan visual.
  2. Menciptakan Keterhubungan: Teknologi dapat menjangkau umat di wilayah terpencil atau yang tidak dapat hadir secara langsung dalam kegiatan gereja​.
  3. Mendorong Keterlibatan Aktif: Platform digital memungkinkan umat untuk berpartisipasi dalam diskusi, refleksi, dan kegiatan liturgis secara daring.

Manfaat Integrasi Teknologi Digital dalam katekese liturgi 

  1. Aksesibilitas: Memungkinkan lebih banyak umat untuk mengakses materi liturgis di mana pun mereka berada.
  2.  Engagement Tinggi: Format multimedia dan interaktif menarik perhatian generasi muda.
  3. Pembelajaran Berkelanjutan: Konten digital dapat diakses ulang kapan saja, memungkinkan pembelajaran iman secara berkesinambungan​

Beberapa model pendekatan katekese berbasis digital adalah sebagai berikut:

1). Aplikasi dan Platform Digital

Implementasi:

Mengembangkan aplikasi khusus yang menyediakan materi katekese liturgis, seperti penjelasan teks misa, doa-doa, dan makna simbol liturgis.

Platform seperti Zoom atau Google Meet dapat digunakan untuk mengadakan pelatihan liturgi secara daring, termasuk simulasi perayaan liturgis.

Contoh:
Aplikasi Laudate: Aplikasi doa dan liturgi yang dapat digunakan umat untuk memahami teks dan doa-doa misa.
Aplikasi ekatolik: Aplikasi doa harian, kisah santo santa, misa harian, renungan harian
Bible App: Aplikasi yang menyediakan ayat-ayat Kitab Suci yang relevan dengan perayaan liturgi tertentu​

2). Multimedia Interaktif

Implementasi:
Menggunakan video pendek, animasi, atau infografik untuk menjelaskan elemen liturgis, seperti bagian-bagian misa atau makna sakramen.
Membuat seri video untuk memperkenalkan langkah-langkah persiapan misa, termasuk peran lektor, koor, dan umat.

Contoh:
Video Edukatif Liturgi: Gereja dapat membuat konten YouTube yang menjelaskan tahapan misa secara menarik, seperti proses konsekrasi atau makna liturgi Sabda.
Infografik: Merancang poster digital yang menjelaskan simbol roti dan anggur dalam Ekaristi​

3). Live Streaming dan Pelayanan Daring

Implementasi:
Misa daring memungkinkan umat yang tidak bisa hadir secara langsung tetap berpartisipasi dalam perayaan liturgi.
Diskusi interaktif atau tanya-jawab tentang makna liturgi melalui platform media sosial.

Contoh:
Gereja yang menggunakan Facebook Live untuk menyiarkan misa harian atau mingguan.
Program tanya jawab di Instagram atau Twitter untuk menjawab pertanyaan umat tentang liturgi.

4). Media Sosial untuk Katekese Liturgis

Implementasi:
Media sosial seperti Instagram, Facebook, dan TikTok digunakan untuk menyebarkan refleksi singkat, doa harian, atau konten liturgis lainnya.
Memanfaatkan fitur seperti stories atau reels untuk menjelaskan elemen liturgi secara ringkas dan menarik.

Contoh:
Gereja memposting konten mingguan tentang bagian-bagian misa dengan tagar seperti #LiturgiAktif.
Membuat kampanye daring, seperti "Minggu Ekaristi", dengan tema khusus yang melibatkan umat melalui komentar, berbagi pengalaman, atau kuis liturgis.

Keseimpulan dan Rekomendasi

Tahun liturgi transformatif 2025 dapat menjadi tahun pembaharuan spiritual bagi umat Keuskupan Ruteng. Untuk maksud tersebut, diperlukan katekese yang inovatif sebagai bentuk pendidikan liturgi agar umat semakin memamahi liturgi, berpartisipasi aktif di dalamnya, dan mengintegrasikan liturgi kedalam kehidupan sehari-hari. 

Dalam rangka katekese liturgi yang inovatif, beberapa rekomendasi berikut perlu diperhatikan: 

Pelatihan bagi Katekis dan Pelayan Liturgi: Menyelenggarakan program pelatihan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan katekis dan pelayan liturgi dalam menggunakan metode katekese yang inovatif dan teknologi digital.

Pengembangan Materi Katekese Kontekstual: Menyusun materi katekese yang sesuai dengan budaya dan situasi umat di Keuskupan Ruteng, sehingga lebih relevan dan efektif.

Evaluasi dan Penyesuaian Berkelanjutan: Melakukan evaluasi rutin terhadap program katekese dan partisipasi umat dalam liturgi, serta melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitasnya.

Bibliografi

Bocci, V. 2012. Comunicare la fede ai ragazzi 2.0. Una proposta di catechesi comunicattiva, Leuman (Torino): Elledici.
Currò S., Il senso umano del credere. Pastorale dei giovani e sfida antropologica, Leumann (Torino), Elledici, 2011.
da Silva A. A. 2019. Catechesis in the Digital Age: From Transmission to Sharing, in Communication Research Trends, Centre for the Study of Communication and Culture, Volume 38 (2019) No. 4-15.
Dewan Kepausan Untuk Promosi Evangelisasi Baru (terj.), Petunjuk untuk Katekese, Jakarta, Dokpen KWI &Komkat KWI, 2022.
Duka A. A., Komunikasi Pastoral Era Digital: Memaklumkan Injil di Jagad Tak Berhingga, Maumere, Ledalero, 2017.
Francesco, Esortazione apostolica Evangelii Gaudium, Roma, Ancora, 2013.
Habur A. M., Identitas Katekese Masa Kini dalam Komkat KWI, Gereja Sinodal Berkatekese Membina Murid-murid Misioner. Refelksi 30 Tahun Katekismus Gereja Katolik, Jakarta, Obor, 2024.
Komkat KWI, Hidup di Era Digital. Gagasan Dasar dan Modul Katekese, Yogyakarta, Kanisius, 2014.
------------------, Diutus sebagai Murid Yesus. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA Kelas XII, Yogyakarta, Kanisius, 2020.
Kongregasi Untuk Imam, Petunjuk Umum Katekese, Jakarta, Dokpen KWI, 2000.
Medi L., La Catechesi oltre il Catechismo, Saggi di Catechetica Fondamentale, Roma, Urbaniana University Press, 2017.
Mite M. B., Katekese Komunikasi Iman yang Membebaskan, Jakarta, Obor 2019
Paulus VI, Imbauan Apostolik Evangelii Nuntiandi (Mewartakan Injil), Jakarta, Dokpen KWI, 2014.
Placida F., Comunicare Gesu’, La catechese oggi, Roma, Urbana University Press, 2015.
Sultana, C. M., A pastoral reading of the Directory For Catechesis, in Roczniki Teologiczne – Desember 2021

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved