Berita TTS
GENTING, Jembatan Empati Penyelamat Generasi dari Stunting di TTS
Timor Tengah Selatan (TTS), sebuah kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT), bukan hanya tentang keindahan alamnya yang eksotis, tetapi juga tentang
"Saya merasa senang dan bersyukur kepada Tuhan. Ini baru pertama kali kami dapat bantuan, isinya paket nutrisi dan suplemen vitamin untuk tiga bulan. Harapan ke depan, stunting bisa tercegah," kata Adelia Mone (38), seorang ibu dengan anak berusia enam bulan.
Dengan suara terbata, Adelia berucap penuh rasa syukur dan terima kasih kepada Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN yang sudah membantu keluarganya.
Suara Adelia terdengar tulus, memancarkan kelegaan yang menusuk hati. Ungkapan "baru pertama kali" itu seolah menampar kesadaran kita betapa lamanya mereka berjuang dalam keterbatasan. Bantuan yang datang kini menjadi jaminan gizi yang krusial bagi masa pertumbuhan emas sang buah hati.
Di sampingnya, Derly Banamtuan (28), yang tengah hamil delapan bulan, juga tersenyum sumringah. Bagi ibu hamil, paket gizi ini adalah pertaruhan hidup-mati bagi janinnya.
"Kami merasa sangat senang. Harapannya, semoga bayi yang ada di dalam kandungan saya sehat, dan kami bebas dari stunting," tuturnya lirih. Kata-kata Derly adalah doa yang paling sederhana dan paling mendesak dari seorang ibu di tanah yang keras.
Bantuan Genting bukan hanya sekadar suplemen, melainkan simbol bahwa mereka tidak lagi berjuang sendirian di tanah Pusu.
Genting: Panggilan Moral untuk Kolaborasi Holistik
Harapan baru itu mengalir dari Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting, sebuah sinergi holistik yang menyadari bahwa masalah stunting adalah masalah air bersih dan sanitasi juga.
Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting yang didukung mitra Yayasan Kitabisa NTT dan PT Telkom Indonesia untuk menyediakan air bersih dan MCK Komunal, adalah panggilan moral bagi seluruh masyarakat.
Unjuk kepedulian juga diperlihatkan PT Bank Mandiri, Tbk dan Blackmores. Bentuknya berupa intervensi nutrisi suplemen vitamin selama tiga bulan kepada total 150 Keluarga Risiko Stunting (KRS). Ini juga perwujudan dari panggilan moral.
"Kita harapkan Genting menjadi gerakan moral dari kita semua sebagai anak-anak bangsa yang ada di NTT. Jangan hanya mengandalkan pemerintah," kata Drs. Sukaryo Teguh Santoso, Deputi Penggerakan dan Peran Serta Masyarakat, Kemendukbangga/BKKBN.
Di balik pernyataan Sukaryo Teguh, ada tiga kunci untuk menurunkan angka prevalensi stunting di NTT ke depan. "Kerja keras, berinovasi, dan berkolaborasi." Itulah resep yang diberikan Sukaryo Teguh, sosok yang dikenal kenyang menjalankan kegiatan penggerakan di garda terdepan program selama berkarir sebagai ASN.
Komitmen TTS: Melangkah dari Pencegahan ke Keberlanjutan
Adalah Bupati Timor Tengah Selatan, Eduard M. Lioe, pejabat yang menyambut gerakan ini dengan komitmen penuh. Ia menegaskan, stunting bukan sekadar masalah gizi, tetapi masalah masa depan generasi. Oleh karena itu, bantuan harus datang secara holistik, dari hulu ke hilir. Mulai dari sanitasi, air bersih, hingga asupan nutrisi.
Bupati juga menekankan pentingnya durasi bantuan yang memadai untuk memberikan dampak nyata. Pernyataan itu dikemukakan seiring munculnya gelombang perhatian yang kian menggemuruh, mencari sosok-sosok Adelia dan Derly yang lain.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/flores/foto/bank/originals/Derly-Banamtuan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.