Budidaya Mutiara di Lembata

Nelayan Teluk Lewoleba Gelar Aksi Jilid 2 Tolak Kehadiran Perusahaan Mutiara

Aliansi Nelayan Teluk Lewoleba membawa masa lebih banyak melakukan demonstrasi memorotes rencana budidaya mutiara di Teluk Lowoleba.

Penulis: Ricko Wawo | Editor: Egy Moa
TRIBUNFLORES.COM/RIKCO WAWO
Aliansi Nelayan Teluk Lewoleba melakukan unjuk rasa jilid II di Kantor Bupati Lembata, Lewoleba, Senin, 25 Maret 2024 pagi  

“Mari kita perjuangkan pulangkan dia ke tempat asalnya (Kemendagri). Dia tidak merasakan jerih-payah kita selama ini menggarap hasil di laut di teluk Lewoleba dan daerah Nereng dan sekitarnya,” jelas Ruslan. 

Lima desa di Tanjung yang selama ini menggarap dari hasil laut Teluk Lewoleba telah menghasilkan banyak sarjana.

Sehingga masyarakat di Lima desa ini telah melakukan penolakan dengan cara yang berakhlak dan beretika. Namun, cara yang berakhlak dan beretika tersebut tidak diindahkan oleh Penjabat Bupati Lembata.

Baca juga: Budidaya Mutiara di Lembata Kantongi Izin PMA , DKP NTT Tak Diberitahu

“Hari ini kita sedang dibohongi Penjabat kita ini. Sudah ada kongkalikong Penjabat dan dengan investor,” ujar Ruslan. 

“Saya kecewa berat dengan pernyataan Penjabat Bupati dalam Musrembang kemarin. Seolah-ola beliau sedang mengadu kami dengan aparatur keamanan negara. Kami tidak takut dengan bintang bintang-bintang itu," sambungnya. 

Menurut Ruslan, pernyataan Bupati Lembata yang diduga mengancam masyarakat dengan mendatangkan jenderal telah membuat masyarakat gelisah. 

Namun, yang perlu diketahui oleh Matheos Tan adalah APARAT tidak takut dengan jenderal yang akan didatangkan oleh Matheos Tan.

Baca juga: Polres Lembata Tetapkan Tersangka  Pengeroyokan Guru SMAN 1 Nubatukan

Ruslan menduga, hadirnya Matheos Tan di bumi Lembata ini seperti jin yang meresahkan masyarakat Lembata. 

Proyek mutiara ini diduga cacat prosedur sebab Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT membantah telah mengeluarkan izin untuk PT. Mutiara Adonara.

Meskipun demikian, pembukaan lahan untuk wilayah Nereng sudah dilakukan dan material untuk budidaya mutiara itu sudah ada di Lembata. 

Ruslan mengingatkan, wilayah yang hendak digunakan untuk budidaya mutiara itu merupakan wilayah sejarah yang telah memakan darah yang konfliknya belum selesai sampai hari ini yaitu Perang Nereng. *

Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved