Stunting di Flores Timur

Minilok di Adonara: Masalah Ekonomi dan KDRT Bisa Sebabkan Anak Stunting

Kegiatan minilokakarya atau minilok untuk membahas dan mengevaluasi masalah stunting periode tiga bulan terakhir sudah berjalan di sejumlah kecamatan

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Ricko Wawo
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
Kegiatan minilok stunting tingkat Kecamatan Ile Boleng, Pulau Adonara, Flores Timur. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Kegiatan minilokakarya atau minilok untuk membahas dan mengevaluasi masalah stunting periode tiga bulan terakhir sudah berjalan di sejumlah kecamatan di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Seperti minilok Kecamatan Adonara Barat dan Adonara Tengah, Kamis, 3 Oktober 2024, serta Kecamatan Ile Boleng, Jumat, 4 Oktober 2024 di Balai Penyuluhan KB masing-masing.

Koordinator PLKB Kecamatan Adonara Barat, Siti Maimuna Pati Raja, memaparkan angka stunting bulan Juli 2024 sebanyak 239 anak dari 904 sasaran atau 26 persen.

Bulan Agustus sebanyak 243 anak stunting dari 922 sasaran atau 26 persen. Agustus terjadi penambahan sasaran 18 anak karena faktor kelahiran hingga warga pindah masuk selama enam bulan terakhir.

"Sementara bulan September ada 246 anak dari sasarannya sebanyak 920. Prevalensinya naik jadi 27 persen," katanya.

Baca juga: Meski Sudah PHO, Proyek Air Rp 8,8 Miliar di Adonara Belum Bisa Dinikmati

Untuk Kecamatan Adonara Tengah dipaparkan Koordinator PLKB, Nurhasanah Wongso, juga menunjukkan angka relatif tinggi.

Dijelaskan, bulan Agustus sebanyak 188 dari 757 sasaran atau 24, 8 persen, sementara September mencapai 187 dari total 718 atau 26 persen.

Nurhasanah Wongso menjelaskan, presentase stunting naik karena jumlah anak sasaran berkurang sebanyak 39.

"Sasaran berkurang jauh karena ada yang sudah tamat dan ada yang pindah wilayah atau merantau bersama orang tua," ucapnya.

Sementara Koorinator PLKB Kecamatan Ile Boleng, Yuliana Sare Payong, menyebutkan stunting per bulan September mencapai 216 dari 1.70 sasaran atau 20,3 persen.

Yuliana menyebutkan, masalah serius yang dialami nakes dan kader posyandu adalah pola asuh serta menu makanan bergizi dari orangtua masih belum diterapkan maksimal.

"Kalau masalahnya itu, PMT sudah diberikan oleh puskesmas maupun desa, tapi pada saat makan, keluarga hampir tidak memperhatikan menu yang diberikan puskesmas dan desa," katanya.


KELUARGA TAK PUNYA UANG DAN MASALAH KDRT


Yuliana menguraikan penyebab stunting yang cukup sulit ditekan, bahkan angkanya terus meningkat. Menurutnya, keluarga tak punya biaya yang cukup untuk membeli bahan yang sehat dan bergizi seperti yang dianjurkan nakes gizi (nutrisionist).

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved