Petani Kopi di Ngada

Frans Lewa Petani Beiposo Ngada NTT Terus Bertahan di Tengah Turunnya Produktivitas Kopi

“Meskipun umur sudah lanjut, saya tetap rawat kopi. Saya jaga supaya tidak terlalu tinggi, biar mudah dipetik,” ujarnya kepada TRIBUNFLORES.COM

Penulis: Charles Abar | Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/CHARLES ABAR
PETANI-Maria, petani Kopi di Bajawa saat musim panen, Bulan Juli 2025. 

Maria menjelaskan, pola tanam campur dengan tanaman sela seperti jahe, yang banyak dilakukan petani Beiposo, merupakan strategi positif untuk menjaga ekonomi rumah tangga.

“Jahe bisa menjadi sumber pendapatan tambahan saat kopi belum panen. Itu langkah adaptif yang kami dorong,” ujarnya.

Kopi dan Jahe: Simbol Ketekunan Petani Beiposo

Meski menghadapi banyak tantangan, petani Beiposo tidak menyerah. Mereka memilih tetap setia pada kopi, diselingi dengan tanaman jahe yang tumbuh baik di tanah vulkanik Bajawa.

“Di sini belum ada yang beralih ke hortikultura. Kami masih fokus di kopi dan jahe. Jahe juga cukup membantu,” kata Frans.

Bagi mereka, kopi bukan sekadar tanaman komoditas, melainkan warisan yang menyatu dengan kehidupan. Setiap cangkir kopi Bajawa yang harum di kafe-kafe kota besar adalah hasil kerja keras tangan-tangan tua yang bertahan di lereng-lereng dingin Ngada.

“Kalau kopi ini ditebang semua, sama saja dengan membuang perjuangan dari dulu. Kami harus mulai lagi dari nol,” ujar Frans pelan, seolah berbicara pada pohon-pohon kopinya sendiri.(Cha).

Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News

 

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved