Berita Ngada

Eko Watu Dorong Kebangkitan Sineas Muda Ngada Lewat Workshop Film AnTiKFes 2025

Sutradara film lokal Ngada, Eko Prasetyo Watu, menegaskan bahwa Kabupaten Ngada memiliki potensi besar untuk melahirkan sineas muda berbakat

Penulis: Charles Abar | Editor: Ricko Wawo
TRIBUNFLORES.COM/CHARLES ABAR
SOSOK-Eko Prasetyo Watu, pegiat film lokal di Kabupaten Ngada. 
Ringkasan Berita:
  • Sutradara lokal Eko Prasetyo Watu menegaskan bahwa Ngada memiliki potensi besar melahirkan sineas muda berbakat jika diberi pelatihan.
  • Eko, pemenang Festival Film Antikorupsi KPK 2024 lewat film Makdalena, menekankan pentingnya pelatihan untuk membangun ekosistem film yang masih minim di Ngada.
  • Ia menyoroti kekayaan narasi budaya, kearifan lokal, dan cerita daerah yang bisa diangkat menjadi karya orisinil.

 

 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM,Charles Abar

TRIBUNFLORES.COM, BAJAWA-Sutradara film lokal Ngada, Eko Prasetyo Watu, menegaskan bahwa Kabupaten Ngada memiliki potensi besar untuk melahirkan sineas muda berbakat jika diberikan pelatihan yang tepat.

Hal itu disampaikan Eko saat menjadi pemateri Workshop Film dalam rangka pra kegiatan AnTiKFes 2025 di Kampus Bambu Turetogo, Golewa, Rabu (19/11/2025).

Eko, yang merupakan pemenang Festival Film Antikorupsi KPK 2024 melalui film berjudul Makdalena, mengatakan bahwa pelatihan pembuatan film sangat penting untuk membangun ekosistem film yang masih minim di Ngada.

Baca juga: Gedung Pasar Ranaloba Manggarai Timur Terancam Mubazir, Tahun 2026 Penempatan Pedagang

 

 

“Kita punya banyak narasi budaya, kearifan lokal, dan cerita-cerita penting yang belum diangkat keluar. Dengan kemampuan teknis dasar, anak-anak muda bisa menghasilkan karya yang orisinil dan bernilai,” ujarnya.

Menurutnya, perkembangan teknologi dan arus informasi melalui media sosial telah membuka peluang baru bagi industri film pendek.

“Menjadi filmmaker belum familiar sebagai profesi di sini, tapi dengan digitalisasi, film bisa menjadi ladang ekonomi kreatif baru. Konten-konten lokal sangat diminati jika digarap secara serius,” jelasnya.

Dalam workshop tersebut, Eko membawakan materi terkait alur produksi film, penyusunan skenario, membangun ide cerita, hingga distribusi karya. Ia menekankan pentingnya membangun cerita yang kuat dan relevan dengan karakter daerah.

“Kita perlu kumpulkan pegiat-pegiat film, duduk bersama, lalu membangun narasi yang kuat tentang daerah kita. Dari budaya, tradisi, sampai keindahan alam—semuanya punya daya angkat visual,” katanya.

Eko juga menilai bahwa komunitas kreatif di Ngada mulai tumbuh, terutama di ranah konten ringan. Namun untuk produksi film yang lebih serius, menurutnya, masih dibutuhkan pendampingan berkelanjutan.

“Komunitas sudah berkembang, tapi untuk naik kelas dibutuhkan wadah seperti workshop ini. Di sinilah anak-anak diajak belajar memproduksi film dari awal hingga akhir.”

Workshop film ini adalah kolaborasi antara Pemprov NTT melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan komunitas kreatif lokal dalam rangka Festival AnTiKFes 2025 yang dipusatkan di Bajawa.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT, Noldy Hosea Pellokila menyatakan bahwa kegiatan seperti ini penting untuk memperkuat identitas budaya lokal, sekaligus memberi kesempatan bagi anak muda untuk bersaing di tingkat nasional.

“Kita punya lokasi-lokasi cerita yang kuat Bena, Wolobobo, Mangeruda. Kalau anak-anak bisa memadukan teknik film dengan kisah lokal, hasilnya luar biasa. Inilah saatnya Ngada mengangkat dirinya lewat film,” ungkapnya. (Cha)

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved